WWW.LISTEN2QURAN.COM 2

Senin, 29 April 2013

BETTER INFORMATION



Allah SWT berfirman, “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib (di luar jangkauan indera manusia), serta yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami (Allah) anugerahkan kepada mereka” (QS.2:2-3).

Better information (informasi yang lebih baik) bagi setiap manusia, adalah informasi yang mampu menjangkau segala sesuatu yang berada dalam jangkauan indera manusia, maupun yang berada di luar jangkauan indera manusia.

Segala sesuatu yang berada dalam jangkauan indera manusia disebut fenomena. Sementara itu, segala sesuatu yang berada di luar jangkauan indera manusia disebut numena. Dengan demikian better information bagi setiap manusia, adalah informasi yang mampu menjangkau fenomena dan numena.

Berdasarkan firman Allah SWT dalam QS.2:2-3 diketahui, bahwa informasi yang mampu menjangkau fenomena dan numena adalah Kitab Suci Al Qur’an. Oleh karena itu, sudah selayaknya setiap manusia memiliki, membaca, dan memperhatikan Kitab Suci Al Qur’an, agar ia layak disebut sebagai manusia yang memiliki better information.

Bukankah dalam Al Qur’an terdapat informasi, “Katakanlah, “Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan, di mana segala sesuatu hanya bergantung (berserah diri, berharap, atau memohon pertolongan) padanya. Dia (Allah) tidak beranak, dan juga tidak diperanakkan, serta tidak ada segala sesuatu yang setara (serupa) denganNya” (QS.112:1-4).

Untuk menambah terang atau menambah jelas informasi pokok (utama) yang terdapat dalam Kitab Suci Al Qur’an, maka dibutuhkan kesediaan setiap manusia untuk memiliki, membaca, dan memperhatikan Al Hadist, yaitu segenap pernyataan, tindakan, perilaku, atau diamnya Rasulullah Muhammad SAW tentang suatu tema tertentu dalam menjalankan nilai-nilai Islam (Kitab Suci Al Qur’an), yang dibukukan oleh para perawi hadist; seperti hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dan hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Apabila masih memiliki rezeki yang cukup, setiap manusia hendaknya memiliki, membaca, dan memperhatikan kitab-kitab klasik tentang nilai-nilai Islam yang ditulis oleh para ulama salaf (ulama terdahulu), seperti “Kitab Ihya Ulumuddin” karya Imam Al Ghazali.

Selanjutnya, setiap manusia juga perlu terus menerus mengasah dan berbagi pengetahuan dan informasi tentang nilai-nilai Islam, dengan cara menghadiri ceramah dan diskusi tentang Islam, membaca buku (dunia nyata), atau membaca blog (dunia maya) yang mengagungkan nilai-nilai Islam. Serta ikhtiar lainnya yang dapat memperkuat iman Islamnya.

Selamat berikhtiar, semoga Allah SWT meridhai…

Minggu, 11 November 2012

ADZAB ALLAH SWT UNTUK POLISI MALAYSIA

Assallamu'alaikum Wr. Wb.



Sahabat-Sahabatku yang baik hatinya, pada kesempatan ini marilah kita berdoa agar Allah SWT berkenan mengadzab polisi Malaysia, yang berbuat dzalim kepada TKI (Tenaga Kerja Indonesia), baik TKI yang laki-laki maupun TKI yang wanita (TKW atau Tenaga Kerja Wanita). Doa ini penting untuk mengurangi jumlah polisi Malaysia yang berbuat dzalim. Termasuk dalam doa ini adalah para pimpinan dan tokoh Malaysia yang mengabaikan kedzaliman polisi Malaysia terhadap TKI.

Kita (Bangsa Indonesia) sudah berulang-kali mendengar tentang penembakan semena-mena yang dilakukan polisi Malaysia terhadap TKI yang menewaskan banyak TKI, dan kita juga sudah berulang-kali mendengar perkosaan yang dilakukan polisi Malaysia terhadap TKW. Oleh karena itu marilah dengan segenap kerendahan hati di haribaan Allah SWT, kita memohon agar Allah SWT berkenan menurunkan adzabnya pada polisi Malaysia, dan para pimpinan serta tokoh Malaysia yang mengabaikan kedzaliman polisi Malaysia terhadap TKI.

Semoga Allah SWT berkenan mengabulkan doa kita ini.....

...

Minggu, 02 September 2012

MAMPU MEMPERHATIKAN



Sebagaimana diketahui, memperhatikan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mempertimbangkan segenap kemampuannya. Kemampuan ini penting, karena dapat digunakannya sebagai pembanding terhadap kemampuan orang lain. Pembandingan dilakukan untuk menumbuhkan kepekaan, dan kesiapan membantu orang lain.

Agar mampu memperhatikan, ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seseorang, di mana ia hendaknya merasa sangat tertarik pada kebaikan bagi orang lain atau masyarakat, dan sangat ingin terlibat di dalamnya. Untuk itu ia telah memiliki rekam jejak (track record) yang menunjukkan, bahwa ia dapat dipercaya telah bersungguh-sungguh berupaya memenuhi janji baiknya pada orang lain atau masyarakat.

Seseorang yang berupaya untuk memperhatikan juga dapat menjelaskan kepada orang lain atau masyarakat: Pertama, bahwa sesuatu yang baik sangat berpeluang terjadi. Kedua, karena ia telah bersungguh-sungguh mengupayakannya. Ketiga, sehingga orang lain atau masyarakat tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya.

Ia telah membuktikan: Pertama, bahwa ia dapat dipercaya. Kedua, karena ia telah memperlihatkan segenap upaya. Ketiga, yang menunjukkan bahwa ia dapat mengendalikan situasi. Keempat, karena ia memiliki kekuatan dalam membuat keputusan. Kelima, dan mampu mengendalikan situasi yang berpeluang timbul.

Kebaikan yang ingin diperjuangkannya, antara lain bersatunya segenap manusia dengan saling mencintai antara satu dengan lainnya, karena meskipun manusia secara fisik dilahirkan berbeda-beda, namun mereka memiliki status kemanusiaan yang sama. Untuk itu ia telah berupaya memperbaiki situasi dengan memulainya dari diri sendiri, lalu ke orang terdekat dan demikian seterusnya hingga mencapai lingkungan yang lebih luas.

Oleh karena itu, ia sangat memiliki kepedulian dalam memperbaiki situasi agar menjadi lebih baik, untuk umat manusia secara keseluruhan. Ia mengerti, bahwa pengalaman-pengalaman dan penderitaan-penderitaan yang dialami oleh orang lain atau masyarakat harus mendapat pertolongan, dukungan dan cinta dari dirinya.

Ukuran sukses bagi dirinya bukanlah pencapaian yang ia raih, melainkan proses kerja yang ia lakukan dengan terus menerus tanpa kenal lelah. Ia faham, bahwa untuk mencapai kesejahteraan manusia atau masyarakat, maka manusia atau anggota masyarakat harus bekerja bersama-sama. Tidak boleh ada seorang manusia yang dikorbankan untuk kesejahteraan orang lain, karena semua terhubung sebagai bagian dari umat manusia.

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam barisan yang teratur, seakan-akan mereka seperti satu bangunan yang tersusun kokoh” (QS.61:4).

Selamat merenungkan, dan semoga Allah SWT berkenan meridhai...

...

Minggu, 15 Juli 2012

MAMPU MENGANGKAT DIRI


“Mengangkat diri” adalah suatu kemampuan yang ada pada diri seseorang, di mana ia dapat menempatkan atau memposisikan dirinya sebagai individu yang memiliki tingkat dan kualitas diri yang lebih baik atau lebih tinggi dari sebelumnya.

Agar seseorang dapat memiliki kemampuan mengangkat diri, maka ia harus memperhatikan tingkat dan kualitas diri yang ingin dicapainya. Tingkat diri yang akan ditetapkan, haruslah berdasarkan kualifikasi diri yang telah dicapainya saat ini, yang meliputi keahlian dan kompetensi yang ada pada dirinya.

Keahlian diperlihatkan oleh kemampuannya dalam melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan tertentu dengan baik, berdasarkan latihan yang terus menerus yang dilakukannya selama ini. Sementara itu, kompetensi diperlihatkan oleh kemampuannya dalam melakukan suatu aktivitas atau pekerjaan tertentu dengan baik, berdasarkan keahlian dan bakat yang dimilikinya. 

Tingkat diri akan semakin berada pada posisi yang baik (tinggi) bila didukung oleh kualitas diri yang baik pula. Sementara itu, kualitas diri ditandai oleh karakter yang dimiliki seseorang, yang merupakan personalitas atau kepribadian seseorang, yang membuat seseorang berbeda dengan orang lain.

Allah SWT berfirman, “Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi…” (QS.3:191). Allah SWT juga berfirman, “Maka apabila telah ditunaikan shalat, hendaklah kamu bertebaran di muka bumi dan carilah karunia Allah, serta ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung” (QS.62:10).

Firman Allah SWT dalam QS.3:191 dan QS.62:10 menunjukkan, bahwa mengingat Allah SWT dalam berbagai keadaan relevan dengan berbagai aktivitas yang perlu dilakukan oleh seorang manusia. Dengan demikin seorang manusia yang memahami QS.3:191 dan QS.62:10 mengerti, bahwa ia perlu mencapai kualitas diri yang baik, mampu memperhitungkan prospek dirinya, dan menghargai waktu.

Apabila seluruh capaian kualitas diri berada pada ”lintasan” kualitas yang ingin dicapai oleh seseorang, maka  hal ini akan menjadikannya memiliki suatu kualitas yang tipikal atau unik. Kualitas tipikal seseorang yang berupaya mengangkat diri akan mewujud dalam kesiapan untuk menjalani hidup sebaik mungkin, dengan tetap memikirkan prospek kehidupannya di masa depan. 

Apabila prospek yang dipikirkannya mewujud, ia telah siap menyambutnya dengan responsif. Prospek yang mewujud tidak akan diresponnya secara reaktif (respon berlebihan), tidak pula pasif (tanpa respon), dan tidak pula sekedar aktif (merespon sekedarnya), melainkan secara responsif (merespon secara proporsional). 

Ia akan menghargai waktu, karena merupakan bagian dari kehidupannya. Tepatnya, kehidupan merupakan proses mengisi aktifitas pemikiran, sikap, tindakan, dan perilaku dalam rentang waktu tertentu. 

Oleh karena itu, menghargai waktu merupakan wujud dari penghargaannya kepada kehidupannya yang penuh makna dihadapan semesta, manusia, dan Allah SWT. Seseorang yang berupaya mengangkat diri memahami, bahwa ia pernah menjalani kehidupannya di masa lalu, sedang menjalani kehidupan di masa kini, dan akan menjalani kehidupan di masa depan. Kehidupan masa depan yang difahaminya juga meliputi kehidupan masa depan duniawi, dan kehidupan masa depan akherat.

Selamat merenungkan, dan jangan lupa berdoa kepada Allah SWT, untuk kebaikan Bangsa Indonesia, Bangsa Palestina, dan Umat Islam di seluruh dunia.

Semoga Allah SWT berkenan meridhai…

...

Senin, 09 Juli 2012

MAMPU MENGEMBANGKAN DIRI


Mengembangkan diri adalah suatu kondisi ketika seseorang mampu memajukan diri, sehingga kehadirannya memberi dampak yang besar, penting,  dan baik. Seseorang yang berada di “jalan” yang benar ketika mengembangkan diri, akan merasakan dampak kehadirannya, yang juga akan berdampak bagi orang lain.

Dampak orang yang sedang mengembangkan diri, antara lain: Pertama, semakin besar dan banyaknya nilai positif yang didapat oleh dirinya dan orang lain. Kedua, semakin bernilai, berguna, dan sesuai dengan kebutuhan dirinya dan orang lain. Ketiga, semakin menyenangkan, nyaman, dan menarik bagi dirinya dan orang lain.

Ada satu hal penting yang perlu dilakukan oleh seseorang dalam rangka mengembangkan diri, yaitu melakukan analisis kebutuhan agar ia dapat mewujudkan tujuan hidupnya. Bagi setiap manusia Allah SWT telah menetapkan tujuan hidup, yaitu: menggapai ridha Allah SWT. Caranya dengan beribadah kepada Allah SWT, dan rahmatan lil’alamiin. 

Bagi orang yang sedang mengembangkan diri, analisis kebutuhan diperlukan agar ia mampu mendorong perbaikan tingkat kompetensi dirinya. Oleh karena itu, ia perlu mengawalinya dengan peningkatan rasa ingin tahu. Analisis kebutuhan juga perlu dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan.

Pada saat seseorang berkenan melakukan perbaikan dalam rangka mengembangkan diri, maka ia mampu berubah. Kalaupun karena sesuatu dan lain hal ia belum mampu berubah, maka ia harus menyatakan diri ingin berubah ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu, ia harus menanamkan dalam mindset atau pola pikirnya, bahwa ia meyakini sesuatu bukan karena faktor subyektif, melainkan karena faktor obyektif.

Ia harus meyakinkan diri, bahwa meskipun sesuatu dipandang sulit oleh dirinya dan orang lain, namun secara obyektif ia berkeyakinan, bahwa ia dapat melakukannya. Ia tidak “terpesona” dengan kondisi yang mengungkungnya, melainkan terus berupaya mencari peluang agar dapat mencapai sesuatu yang lebih baik, dengan membuka diri terhadap hal-hal yang baru, yang berada dalam koridor nilai-nilai Islam.

Dalam QS.22:54, Allah SWT berfirman, “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu (pengetahuan), meyakini bahwa Al Qur’an adalah sesuatu yang hak (benar) dari Tuhanmu (Allah), lalu mereka beriman dan menundukkan hati mereka kepadanya. Dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus (Islam).”

Dengan demikian seorang manusia yang sedang mengembangkan diri berpeluang memiliki pola pikir yang unggul, yang dicirikan oleh: Pertama, memiliki rasa ingin tahu pada hal-hal yang baru, yang berada dalam koridor nilai-nilai Islam. Kedua, memiliki pikiran yang terbuka, karena ingin mengerti. Ketiga, memiliki kemampuan untuk menerima perubahan ke arah yang lebih baik. Keempat, memiliki kesediaan untuk terus menerus belajar dengan gembira dan senang hati. Kelima, memiliki kesediaan untuk membangun suasana yang baik dalam interaksi sosial.

Selamat merenungkan, dan jangan lupa berdoa kepada Allah SWT, untuk kebaikan Bangsa Indonesia, Bangsa Palestina, dan Umat Islam di seluruh dunia.

Semoga Allah SWT berkenan meridhai…

...